Senin, 21 Maret 2022
restorasi Indonesia, Gerakan Perubahan, DPP Partai Nasdem, tower nasdem, nasdem tower, Partai Nasdem, Nasdem
Arimbi Heroepoetri.,S.H.,LL.M
Direktur PKP Berdikari, Fellow MIT – UID Ideas 5.0, Tenaga Ahli Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI)
Meresmikan sebuah gedung baru adalah tindakan yang biasa-biasa saja, bahkan mungkin menjadi bagian sehari-hari seorang Presiden. Jadi peristiwa Presiden Joko Widodo meresmikan NasDem Tower juga biasa-biasa saja. Apa yang luar biasa? Selain diresmikan di tanggal dengan angka cantik-dua-dua pebruari dua-ribu-dua-dua-: 22022022, yang istimewa ya gedung itu sendiri, bukan karena luasnya (30 ha), ataupun tingginya (23 lantai), namun konsep dari gedung itu yang menjadi kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasional Demokrat.
Walau agak sulit dibayangkan masih tersedia lahan seluas 30 ha di daerah Gondangdia, Jakarta Pusat ini. NasDem Tower , selain layaknya kantor, menyediakan alat penunjang kerja yang fantastis dan megah. Pusat Kemegahannya dapat terlihat dari fasilitas yang disediakan, mulai dari helipad tempat helikopter mendarat di puncak gedung, pusat kebugaran dan spa di lantai 16, dan ruang bersantai di lantai 15, juga ada cafe, grand ballroom, dan coffee shop. Testimoni Luthfi Andi Mutty (Ketua DPP Bidang Hubungan Eksekutif) dalam tulisannya di www. Sulselsatu.com menunjukkan seberapa modern dan ‘pintarnya’ Nasdem Tower ini. “Lapangan parkir modern juga tersedia. Mobil cukup dimasukkan ke dalam lift. Setelah itu pengemudi ke luar lift. Begitu pintu lift tertutup, kita tidak tahu ke mana mobil itu diparkir. Pengemudi tidak perlu repot mencari tempat parkir. Juga tidak perlu pusing mencari di mana mobil diparkir. Karena begitu kita menginfokan nomor polisi kendaraan kita, dengan sekejap, pintu lift terbuka dan mobil kita sudah ada di depan mata. Saya kira, ini tempat parkir modern yang pertama hadir di Indonesia”.
Tidak salah jika Presiden Jokowi dalam sambutannya mengatakan bahwa Kantor NasDem adalah kantor partai terbaik dan termegah di Indonesia. Bahkan mungkin di dunia. NasDem Tower adalah simbol dari transformasi peradaban.
Panglima Itam
Bagi saya pribadi ada dua ruangan yang menarik hati: Pertama, ruang galeri di lantai 6 dan 7 berisikan lebih dari 1.500 patung setengah badan para pejuang bangsa dan tokoh dunia, juga sekitar 500 lukisan. Saya membayangkan setiap pengunjung yang hadir di ruang tersebut akan ‘merasakan’ aura positif yang dpancarkan patung tersebut, mengenang perjuangan dan terilhami dari sepak-terjang para tokoh tersebut. Lebih dari yang biasa disajikan oleh museum madame tussaud, museum yang mengabadikan tokoh-tokoh dunia melalui patung lilinnya.
Kedua, adalah perpustakaan di lantai 5 berbarengan dengan mini theater. Perpustakaan yang menyediakan berbagai literatur tentang kepemimpinan, pemikiran-pemikiran politik dan biografi para pemimpin dan negarawan ternama. “Saya sedang di surga” demikian pernyataan Lufthi Assyaukanie, cendekiawan dari Universitas Paramadina, saya tidak berani bertanya lebih jauh, takut menumbuhkan iri saya, tapi saya dapat membayangkan ‘kemewahan’ perpustakaan yang diidam-idamkan penggemar buku. Ruang yang aman dan nyaman, buku yang berlimpah dengan berbagai macam genre dan mudah diakses.
Perpustakaan ini dinamakan Perpustakaan Panglima Itam, yang ternyata diambil dari tokoh Aceh bernama Panglima Itam. Tokoh ini mungkin kalah terkenal dari Malahayati, Tjoet Nyak Dien maupun Teuku Umar. Bahkan jika dicari melalui mesin pencari (search engine) google, yang muncul hanya satu narasi yaitu deskripsi mengenai makam Panglima Hitam di Kabupaten Aceh Tamiang yang telah masuk kategori sebagai situs cagar budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2011. Minim uraian mengenai Panglima Itam, selain “Panglima Hitam adalah seorang panglima perang di Tualang dan juga ahli lmu agama serta mengembangkan hubungan dagang dengan timur tengah” demikian uraian situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini.
Informasi lainnya, Panglima Itam adalah pengawal Khusus Sultan Muhammad Daud Syah (1871 – 1939), Sultan terakhir Aceh atau Sultan ke-35. Panglima Itam mengawal Sultan sampai hari Sultan ditangkap belanda tahun 1903. Panglima Itam dapat meloloskan diri berjuang sampai akhir hayatnya. Panglima Itam adalah kakek dari Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem.
Terlepas dari hal itu, penyematan nama Panglima Itam telah menggedor kesadaran saya bahwa sebenarnya banyak cerita silam, jejak sejarah yang mengantar jati diri bangsa belum terungkap dengan baik. Kita di jaman ini seperti terlepas dari akarnya, tidak tahu apalagi mengenal asal-usul.
Partai NasDem, melalui ikon NasDem Tower mencoba untuk merefleksikan kesejarahan bangsa Indonesia di masa lalu, yang akan mengantarkan format Indonesia ke depan. Transformasi peradaban adalah istilah yang digaungkan oleh Surya Paloh. Gedung ini tentu saja menjadi kebanggaan seluruh kader NasDem. Kita berharap semoga dari gedung yang megah ini akan lahir pemikiran dan karya besar untuk keagungan bangsa. Namun seperti apa yang dikatakan Presiden Joko Widodo “Tinggal bagaimana mengisi dan memaknai kantor ini dengan kerja-kerja lapangan yang masif dan lebih intensif”. Kerja nyata.